Bonaventura lahir
sekitar tahun 1218 di Bagnoreggio, Italia Tengah. Konon, waktu masih
kecil ia jatuh sakit berat. Ibunya menggendongnya pergi menemui Santo
Fransiskus Asisi. Pada pertemuan itu Fransiskus Asisi meramalkan
terjadinya hal-hal besar pada anak itu kelak. Fransiskus memberikan
berkatnya dan berseru: "O Bonaventura", yang artinya: "Betapa baik
kejadian ini". Dan kata-kata ini kemudian diabadikan sebagai nama anak
itu.
Ketika meningkat dewasa, Bonaventura masuk Ordo Saudara-saudara Dina
Fransiskan. Ia dikirim ke Paris untuk belajar filsafat dan teologi di
Universitas Paris. Baginya, belajar berarti berdoa sehingga terus
menerus merenung. Kalau orang bertanya darimana ia mendapatkan
kepandaiannya, ia menunjuk salib Yesus: "Dari Dia! Saya mempelajari
Yesus yang disalibkan". Bonaventura terus memelihara kesegaran otaknya
dan kesehatannya, agar dapat dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh demi
mengabdi kepada pengetahuan suci.
Setelah ditabhiskan menjadi imam, Bonaventura senantiasa mengucurkan
air matanya setiap kali ia naik ke atas altar, karena begitu dalam rasa
hormatnya akan peristiwa Salib Yesus. Ia segera menjadi tenar sebagai
mahaguru teologi di seluruh Universitas Paris; ia juga ditugaskan
mengajar saudara-saudara seordo. Ketika berusia 35 tahun, ia diangkat
menjadi pemimpin tertinggi ordo Fransiskan. Para saudara-saudaranya
sangat menghargai bimbingannya yang sangat bijaksana, sehingga bersedia
memilihnya kembali sebagai pemimpin mereka sebanyak sembilan kali.
Selama kepemimpinannya, ia berjuang keras mengusahakan persatuan du
antara para pengikut Fransiskus yang kadang-kadang cepat panas hati
karena perbedaan paham dalam hal penghayatan kemiskinan. Ia juga
menertibkan pelbagai kebiasaan salah yang sudah menyusup masuk ke dalam
ordo Fransiskan.
Ia
mengutus para saudaranya untuk mewartakan Yesus yang tersalib ke
Afrika, India bahkan ke Mongolia. Dalam usia 52 tahun ia diangkat
menjadi Kardinal. Tatkala sedang asyik mencuci piring, tiba-tiba utusan
Paus membawa kepadanya lambang-lambang kekardinalan, Bonaventura
mencuci terus. Topi kardinalnya digantungkan pada dahan pohon.
Pada tahun 1274, ia bersama dengan kawan kelasnya
Santo Thomas Aquinas, menghadiri Konsili Lyon. Konsili ini dalam jangka
waktu penduk berhasil menyatukan kembali Gereja Yunani dan Gereja
Latin. Usaha keras Bonaventura mulai membawa hasil ketika ia
sekonyong-konyong jatuh sakit.
Bonaventura yang bergelar doktor banyak menulis karya-karya yang sangat
mendalam isinya. Beberapa ungkapan yang menjadi pedoman hidupnya:
"Ketakutan akan Allah merintangi seseorang untuk menyukai hal-hal yang
fana, yang mengandung benih-benih dosa","Kesombongan biasanya
menggilakan manusia, karena ia diajar untuk meremehkan apa yang sangat
berharga seperti rahmat dan keselamatan, dan menjunjung tinggi apa yang
seharusnya di cela seperti kesia-siaan dan keserahakan."
Bonaventura meninggal dunia pada tahun 1274 ketika menghadiri Konsili Lyon. Ia dikenal sangat berjasa dalam usaha mempersatukan kembali Gereja Orthodoks Yunani dengan Gereja Latin Roma.
Bonaventura meninggal dunia pada tahun 1274 ketika menghadiri Konsili Lyon. Ia dikenal sangat berjasa dalam usaha mempersatukan kembali Gereja Orthodoks Yunani dengan Gereja Latin Roma.
Santo Yakobus dari Nisiba, Uskup dan Pengaku Iman
Yakobus adalah orang kudus kenamaan di lingkungan Gereja Syria. Ia
lahir di Propinsi Mesopotamia kira-kira pada pertengan abad ketiga.
Tuhan menganugerahkan kepadanya akal budi yang cerdas, tabiat yang baik
dan kehendak yang kuat untuk mengembangkan bakat dan pembawaannya yang
cermelang itu.
Setelah menyelesaikan studinya, ia mengambil keputusan
untuk mengasingkan dirinya dari dunia ramai dan hidup menyendiri di
suatu tempat sepi. Tujuannya adalah mempersiapkan dirinya bagi hidup
selanjutnya di tengah-tengah masyarakat. Selama itu ia banyak berdoa,
mempelajari Kitab Suci, merenungkan cara hidup Yesus sebagai teladan
hidupnya. Matiraga yang keras. Hidup bersemadi sangat digemarinya.
Kesalehan hidupnya menarik perhatian banyak orang. Dia disukai banyak
orang dan kemudian diangkat menjadi uskup di Nisiba. Disiplin hidupnya
sangat tinggi, Ia rajin membantu para pengemis malang dan giat dalam
tugas kegembalaannya sebagai uskup untuk mengajar dan menobatkan
orang-orang berdosa. Perayaan ibadat sangat diutamakannya.
Tuhan menganugerahkan kepadanya kemampuan membuat
mukzijat. Tatkala raja Sapor II menyerang Nisiba, pasukannya dapat
dipukul mundur bukan oleh angkatan bersenjata, melainkan oleh serangan
serangga. Hal ini berkat doa dan tapa Uskup Yakobus bersama umatnya.
Yakobus meninggal dunia pada tahun 350.
sumber:http: //www.imankatolik.or.id.
0 komentar:
Posting Komentar