Orangtua Petrus
meninggal selagi ia masih kecil. Kakaknya yang sulung memikul tanggung
jawab untuk membesarkan Petrus. Meskipun demikian, Petrus tidak
menikmati suatu hidup yang baik dan membahagiakan di rumah kakaknya
itu. Dia diperlakukan secara kejam. Menyaksikan keadaan Petrus, seorang
saudaranya yang sudah menjadi imam, mengirim dia untuk belajar di
Parma.
Di
sekolah ini Petrus mengalami perkembangan yang sangat baik. Tingkah
lakunya disenangi oleh banyak orang. Ia meraih prestasi yang luar biasa
dalam semua mata pelajaran. Di antara kawan kawannya, Petrus dikenal
sebagai anak yang suka menolong kawan kawannya yang mengalami
kesusahan dan berbagai kesulitan. Ia memberikan uang kepada mereka
meskipun tunjangan hidupnya sendiri tidak memadai.
Setelah menjalani suatu sejarah hidup yang kelam dan
panjang, ia akhirnya di tabhiskan menjadi Imam. Tekadnya menjadi imam
ialah tidak mau mengabdi Tuhan setengah setengah. Karena itu ia
mengambil keputusan untuk meninggalkan segala galanya, lalu menjadi
rahib di pertapaan Fonte Avellana.
Kebijaksanaan, kepintaran dan kerendahan hatinya membuat dia disenangi
oleh semua rahib di pertapaan itu. Akhirnya ia diangkat menjadi
pemimpin pertapaan itu. Dalam kedudukannya sebagai pemimpin,
pertapaannya mengalami perubahan perubahan yang menggembirakan. Ia
juga sering diminta untuk membantu membereskan masalah masalah yang
menimpa kehidupan biara baira lain. Ia pun diangkat menjadi penasehat
pribadi untuk tujuh orang Paus. Karena semua prestasinya itu, Petrus
Damianus akhirnya di pilih menjadi Uskup dan Kardinal di Ostia oleh Sri Paus Stephanus IX
(1057 1058). Jabatan mulia ini kemudian diletakkan kembali karena ia
lebih suka hidup menyendiri di biara pertapaan di Fonte Avellana. Sungguhpun Petrus dikenal luas sebagai seorang Intelektual, namun ia tetap menampilkan dirinya setara dengan kawan kawannya. Ia dengan senang hati mengerjakan tugas tugas dari biaranya, mengikuti aturan aturan yang berlaku, menyelesaikan pekerjaan pekerjaan tangan seperti membuat sendok dari kayu, memperbaiki keranjang dll.
Pada tahun 1072, Petrus Damianus meninggal dunia. Tulisan tulisannya tentang berbagai soal iman sangat bermutu dan menjadi warisan Gereja yang bernilai tinggi. oleh gereja, Petrus Damianus di hormati sebagai Pujangga Gereja.
sumber:http: //www.imankatolik.or.id.
0 komentar:
Posting Komentar